Teori Konseling ego oleh Erikson
Konseling ego dipopulerkan oleh Erikson. Konseling ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada fungsi ego. Kegiatan konseling yang dilakukan pada umumnya bertujuan untuk memperkuat ego strength, yang berarti melatih kekuatan ego klien. Seringkali orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Misalnya, orang yang rendah diri, dan tidak bisa mengambil keputusan secara tepat dikarenakan ia tidak mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya. Perbedaan ego menurut Freud dengan ego menurut Erikson adalah: menurut Freud ego tumbuh dari id, sedangkan menurut Erikson ego tumbuh sendiri yang menjadi kepribadian seseorangn
adapun tujuan konseling menurut Erikson adalah memfungsikan ego klien secara penuh. Tujuan lainnya adalah melakukan perubahan-perubahan pada diri klien sehingga terbentuk coping behavior yang dikehendaki dan dapat terbina agar ego klien itu menjadi lebih kuat. Ego yang baik adalah ego yang kuat, yaitu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan dimana dia berada.
Proses Konseling
Beberapa aturan dalam konseling ego yaitu:
- Proses konseling harus bertitik tolak dari proses kesadaran.
- Proses konseling bertitik tolak dari asas kekinian.
- Proses konseling lebih ditekankan pada pembahasan secara rasional.
- Konselor hendaknya menciptakan suasana hangat dan spontan, baik dalam penerimaan klien maupun dalam proses konseling.
- Konseling harus dilakukan secara profesional.
- Proses konseling hendaklah tidak berusaha mengorganisir keseluruhan kepribadian individu, melainkan hanya pada pola-pola tingkah laku salah suai saja.
Teknik-Teknik Konseling
Adapun teknik-teknik dalam konseling ego adalah:
- Pertama-tama konselor perlu membina hubungan yang akrab dengan klien.
- Usaha yang dilakukan oleh konselor harus dipusatkan pada masalah yang dikeluhkan oleh klien, khususnya pada masalah yang ternyata di dalamnya tampak lemahnya ego.
- Pembahasan itu dipusatkan pada aspek-aspek kognitif dan aspek lain yang terkait dengannya.
- Mengembangkan situasi ambiguitas (keadaan bebas dan tak terbatas) yang dapat dibina dengan:
- Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memunculkan perasaan yang ada dalam dirinya.
- Klien diperkenankan mengemukakan kondisi diri yang mungkin berbeda dengan orang lain.
- Konselor menyediakan fasilitas yang memungkinkan terjadinya transference melalui proyeksi. Pribadi yang transference adalah pribadi yang mengizinkan orang lain melihat pribadinya sedangkan proyeksi adalah mengemukakan sesuatu yang sebetulnya ada pada diri sendiri.
- Pada saat klien transference, konselor hendaknya melakukan kontra transference.
- Konselor hendaknya melakukan diagnosis dengan dimensi-dimensinya, yaitu:
- Perincian dari masalah yang sedang dialami klien saat diselenggarakan konseling itu.
- Sebab-sebab timbulnya masalah tersebut, bisa juga titik api yang menyebabkan masalah tersebut menyebar.
- Menentukan letak masalah, apakah pada kebiasaan klien, cara bersikap atau cara merespon lingkungan.
- Kekuatan dan kelemahan masing-masing orang yang bermasalah.
- Membangun fungsi ego yang baru dengan cara:
- Dengan mengemukakan gagasan baru
- Berdasarkan diagnosis dan gagasan tersebut diberikan upaya pengubahan tingkah laku
- Pembuatan kontrak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diputuskan dalam konseling.
Langkah- Langkah Konseling
Adapun langkah-langkah dalan penyelenggaraan konseling ego adalah sbb :
- Membantu klien mengkaji perasaan-perasaannya berkenaan dengan kehidupan, feelingterhadap peranannya, penampilan dan hal lain yang terkait dengan tugas-tugas kehidupannya.
- Klien diproyeksikan dirinya terhadap masa depan. Dalam hal ini konselor mendiskusikan tujuan hidup masa depan klien, sekaligus potensi-potensi yang dimilikinya. Konselor membawa klien agar mampu melihat hubunagn yang signifikan antara masa depan dan tujuan hidup klien dengan kondisinya di masa sekarang.
- Konselor mendiskusikan bersama klien hambatan-hambatan yang ditemuinya untuk mencapai tujuan masa depan.
- Konselor melalui proses interpretasi dan refleksi, mengajak klien untuk mengkaji lagi diri sendiri dan lingkungannya. Selanjutnya konselor berusaha agar klien melihat hubungan antara perasaan perasaannya tadi dengan tingkah lakunya.
- Konselor membantu klien menemukan seperangkat hasrat, kemauan dan semangat yang lebih baik dan mantap dalam kaitannya dengan hubungan sosial. Kalau memungkinkan konselor melatihkan tingkah laku yang baru.
Sumber Bacaan :
https://muhammadamirullah14.wordpress.com/2012/02/27/teori-kepribadian-erikson-2/
** Bebas disunting dengan menyebutkan sumber **